Profil Desa Wonolelo
Ketahui informasi secara rinci Desa Wonolelo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Wonolelo, Wonosobo, sebuah desa agraris nan subur di lereng Gunung Sindoro. Wilayah ini dikenal sebagai pusat penghasil tembakau dan kopi berkualitas tinggi, dengan lanskap alam memesona yang menyimpan potensi besar sebagai destinasi agrowisat
-
Lokasi Strategis Lereng Gunung
Berada di lereng Gunung Sindoro yang subur pada ketinggian ideal, memberikan keunggulan komparatif untuk budidaya tanaman hortikultura bernilai tinggi.
-
Sentra Komoditas Unggulan
Dikenal luas sebagai salah satu pusat utama penghasil tembakau berkualitas tinggi dan kopi arabika khas Sindoro yang memiliki cita rasa unik.
-
Potensi Agrowisata yang Menjanjikan
Memiliki lanskap alam berupa perladangan bertingkat (terasering) dan pemandangan pegunungan yang memesona, menjadikannya wilayah dengan potensi besar untuk pengembangan desa wisata.
Jauh dari hiruk pikuk pusat kota, di lereng timur Gunung Sindoro yang megah, terhampar sebuah desa yang kehidupannya menyatu dengan ritme alam. Desa Wonolelo, yang secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, merupakan representasi sejati dari kekayaan agraris dataran tinggi. Dengan tanah vulkanik yang subur, udara sejuk dan pemandangan alam yang memukau, Wonolelo bukan sekadar sebuah permukiman, melainkan sebuah ekosistem agraris yang produktif. Profil desa ini ialah kisah tentang masyarakat yang hidup dari kemurahan tanah, merawat tradisi pertanian, dan kini mulai menatap masa depan di bidang agrowisata.
Geografi Ketinggian: Anugerah di Lereng Gunung Sindoro
Letak geografis Desa Wonolelo menjadi faktor penentu utama bagi karakteristik dan potensi yang dimilikinya. Desa ini berada pada ketinggian rata-rata antara 1.200 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl), sebuah zona ideal untuk pertumbuhan berbagai komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi. Topografi wilayahnya didominasi oleh perbukitan bergelombang dengan lereng-lereng yang telah diolah menjadi ladang pertanian bertingkat atau terasering, sebuah kearifan lokal untuk mengelola lahan miring sekaligus mencegah erosi. Luas wilayah Desa Wonolelo tercatat sekitar 315,8 hektare.Secara administratif, Desa Wonolelo berbatasan dengan beberapa desa lain yang memiliki karakteristik serupa. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan Desa Sitiharjo. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Bumireso. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pancurwening, dan di sisi barat, wilayahnya bersinggungan langsung dengan kawasan hutan negara di lereng Gunung Sindoro. Udara di Wonolelo terasa sejuk sepanjang tahun, menjadi anugerah yang tidak hanya baik untuk tanaman, tetapi juga menawarkan potensi kenyamanan bagi pengembangan wisata.
Demografi dan Masyarakat Agraris
Berdasarkan data kependudukan terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) hingga tahun 2024, jumlah penduduk Desa Wonolelo mencapai 4.882 jiwa. Dengan luas wilayahnya, tingkat kepadatan penduduk desa ini yaitu sekitar 1.546 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan karakteristik permukiman pedesaan yang relatif padat namun masih memiliki ruang yang luas untuk lahan pertanian.Struktur sosial masyarakatnya sangat homogen, di mana lebih dari 90% penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap, maupun buruh tani. Profesi ini diwariskan secara turun-temurun, membentuk sebuah masyarakat dengan ikatan kuat terhadap tanah dan tradisi agraris. Ikatan sosial antarwarga sangat erat, tercermin dari masih kentalnya budaya gotong royong (sambat sinambat) dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kegiatan pertanian hingga acara-acara sosial kemasyarakatan.
Perekonomian dari Tanah Vulkanik: Tembakau, Kopi, dan Hortikultura
Perekonomian Desa Wonolelo sepenuhnya bertumpu pada kesuburan tanah vulkanik warisan Gunung Sindoro. Desa ini telah lama dikenal sebagai salah satu sentra penghasil komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Wonosobo. Salah satu komoditas yang paling ikonik dan memiliki nilai ekonomi tertinggi yaitu tembakau. Tembakau dari lereng Sindoro, termasuk yang berasal dari Wonolelo, terkenal memiliki kualitas premium dengan aroma dan rasa yang khas, menjadikannya primadona bagi industri rokok kretek nasional. Bagi para petani, musim panen tembakau merupakan puncak dari siklus ekonomi tahunan mereka.Selain tembakau, dalam beberapa dekade terakhir, kopi jenis arabika telah menjadi bintang baru di sektor perkebunan Wonolelo. Ketinggian dan kondisi tanah yang ideal menghasilkan biji kopi dengan profil rasa yang kompleks dan disukai oleh para penikmat kopi spesialti. Banyak petani muda yang kini mulai fokus pada budidaya kopi dengan metode petik merah dan pengolahan pascapanen yang lebih modern untuk meningkatkan nilai jualnya.Di luar dua komoditas utama tersebut, lahan-lahan di Wonolelo juga ditanami berbagai jenis sayur-mayur (hortikultura) seperti kubis, kentang, wortel, dan daun bawang. Tanaman-tanaman ini menjadi sumber pendapatan harian dan mingguan bagi para petani, menjaga perputaran uang di tingkat lokal, serta memasok kebutuhan pasar-pasar di Wonosobo.Kepala Desa Wonolelo, dalam sebuah kesempatan, menyampaikan visinya. "Warisan terbesar kami adalah tanah yang subur di lereng Sindoro. Tugas pemerintah desa saat ini adalah menjaga kesuburan ini sambil membuka peluang-peluang baru bagi generasi muda. Kami sedang mendorong pengembangan agrowisata berbasis kebun kopi dan edukasi pertanian tembakau, agar anak-anak muda bangga menjadi petani dan melihat masa depan yang cerah di desa mereka sendiri."
Tata Kelola Pemerintahan Desa Berbasis Pertanian
Pemerintahan Desa Wonolelo, yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa, menjalankan fungsinya dengan fokus utama pada dukungan terhadap sektor pertanian. Program-program pembangunan desa banyak diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Ini termasuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur vital seperti jalan usaha tani untuk mempermudah akses dari kebun ke jalan utama, serta perbaikan saluran irigasi untuk memastikan ketersediaan air, terutama saat musim kemarau.Pemerintah desa juga berperan aktif dalam membina kelompok-kelompok tani (gapoktan). Melalui kelompok ini, berbagai program penyuluhan dari dinas terkait, bantuan bibit unggul, dan informasi mengenai teknik pertanian modern disalurkan. Keberadaan kelompok tani juga menjadi wadah bagi para petani untuk berbagi pengalaman, mengatasi masalah hama secara bersama-sama, dan memperkuat posisi tawar mereka saat menjual hasil panen.
Kehidupan Sosial yang Terikat pada Alam dan Tradisi
Kehidupan sosial masyarakat Desa Wonolelo berjalan harmonis dan sangat terikat dengan siklus alam. Kalender pertanian, yang seringkali masih dipengaruhi oleh perhitungan tradisional Jawa (pranata mangsa), menjadi penentu ritme kegiatan sehari-hari. Tradisi seperti wiwitan atau selamatan sebelum memulai masa tanam masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesuburan tanah.Semangat gotong royong menjadi pilar utama dalam kehidupan sosial. Saat seorang warga membangun rumah, menggelar hajatan, atau bahkan saat menghadapi musibah, tetangga dan kerabat akan datang membantu tanpa pamrih. Kegiatan keagamaan yang berpusat di masjid dan mushala juga menjadi perekat sosial yang kuat, menjadi tempat warga berkumpul tidak hanya untuk beribadah tetapi juga untuk musyawarah dan kegiatan sosial lainnya. Kehidupan yang komunal dan jauh dari individualisme perkotaan ini menjadi salah satu kekayaan tak ternilai dari Desa Wonolelo.
Tantangan Konservasi dan Prospek Agrowisata
Di balik potensinya yang besar, Desa Wonolelo menghadapi tantangan yang tidak ringan. Tantangan pertama ialah fluktuasi harga komoditas pertanian, terutama tembakau, yang sangat bergantung pada permintaan pabrik dan kondisi pasar nasional. Ketergantungan pada satu atau dua komoditas utama juga menjadi sebuah kerentanan. Tantangan lainnya bersifat ekologis, yaitu menjaga kelestarian lingkungan di tengah intensifikasi pertanian. Risiko tanah longsor di lereng yang curam serta degradasi kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia berlebih menjadi isu yang memerlukan perhatian serius.Namun prospek masa depan Wonolelo sangat cerah, terutama di sektor agrowisata. Lanskap perladangan terasering dengan latar belakang Gunung Sindoro merupakan modal visual yang sangat kuat. Desa ini dapat mengembangkan paket-paket wisata edukasi di mana pengunjung bisa belajar tentang proses budidaya tembakau, memetik dan mengolah kopi, atau merasakan pengalaman menjadi petani sayur selama sehari. Pembangunan homestay atau pondok wisata yang dikelola oleh masyarakat lokal dapat memberikan nilai tambah ekonomi secara langsung. Dengan perencanaan yang matang, Desa Wonolelo berpotensi menjadi destinasi agrowisata unggulan, sebuah model pengembangan desa yang berhasil memadukan konservasi alam, ketahanan pangan, dan pariwisata berkelanjutan.